Contoh Kasus Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan Aspek
Positif & Aspek Negatif
Aspek Positif dan
Negatif untuk menujang aktifitas seta memberikan suasana aman, nyaman dan
tentram pada warganya, kita harus menyediakan berbagai fasilitas untuk
mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada warganya. Seperti layaknya di
daerah pedesaan yang sedang menjalani aktivitas mingguan yaitu bergotong-royong
dalam membersihkan lingkungan, masyarakat pedesaan memiliki arti yang merupakan
salah satu lingkup terkecil dalam suatu pemerintahan di Negara kita ini,
cakupan luas wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan dihuni sejumlah
keluarga, biasanya mayoritas masyarakat pedesaan bekerja di bidang agraria,
disamping itu pula masyarakat pedesaan berperan sangat kuat dalam hal hubungan antara masyarakat desa dan
kota. Desa menjadi daerah dukung utama bagi perkotaan khususnya dalam hal bahan
makanan pokok, desa memiliki potensi besar dalam hal bahan mentah sedangkan
kota mampu mengolah bahan mentah tersebut menjadi bahan siap pakai, sebelum
telusuri lebih dalam masyarakat pedesaan memiliki sedikit perbedaan aspek negatif
dan positif dengan masyarakat perkotaan yaitu masyarakat perkotaan sangat
menghargai waktu dan mampu mengaturnya dengan baik, serta mata pencaharian yang
beragam berbeda dengan masyarakat pedesaan yang mata pencahariannya homogen
atau bisa kita katakana “satu arah”.
Akan tetapi dalam
hal perbedaan yang telah membuat masyarakat desa dan kota berselisih, seperti
yang telah diutarakan masyarakat pedesaan memiliki rasa kebersamaan dan
kekeluargaan terjalin denga baik, kehidupan beragama masih terjaga, masyarakat
pedesaan mampu menjaga sumber daya alam yang ia miliki, solideritas sosial yang
lebih baik, serta peran tanggung jawab akan aktivitas mingguan membersihkan
selokan dengan cara bergotong royong dilingkungan sekitar. Kalau kita bayangkan
“pernah” pastinya kita melihat sebuah rumah mewah yang ada di Jakarta atau
rumah cluster disitulah kita dapat menilai apa dibalik makna aspek positif dan
negatif masyarakat pedesaan dan perkotaan, dilingkungan mereka tidak terdapat
satupun orang yang memberanikan diri untuk bertegur sapa, dapat kita analisa
lebih dalam masyarakat perkotaan kurang dalam hal solideritas, pola hidup yang individualistik
masyarakat menghilangkan rasa kebersamaan, makanya masyarakat perkotaan dapat
kita sebut dengan masyarakat yang “sombong” dalam hal berperan melaksanakan
kewarganegaraan atau masyarakat yang madani.
Mungkin karena
adanya perkembangan kota yang merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial,
ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam
komponen-komponen yang memebentuk struktur kota tersebut. Jumlah dan kualitas
komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan
kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan,
seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
·Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
·Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
·Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
·Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan
kesenian.
·Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan,
pendidikan.
Kelima unsur kota
ini merupakan pola pokok dari komponen-komponen perkotaan yang kuantitas dan
kualitanya kemudian dirinci di dalam perencanaan suatu kota tersebut sesuai
dengan kebutuhan yang spesifik untuk kota tersebut pada saat sekarang dan masa
yang akan datang.
Masyarakat kota
adalah sekumpulan manusia dalam jumlah besar yang berinteraksi dalam sebuah
daerah besar. Dimana dalam melakukan interaksi tersebut pemerintah sebagai
pemimpin dari kelompok tersebut membuat peraturan – peraturan. Tujuan dari
peraturan – peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah sebagai pembatas kegiatan
perseorangan. Dalam melakukan kegiatan di dalam kelompok tersebut, setiap
individu atau perorangan harus mengerti apa peraturan yang berlaku di daerah
yang mereka tempati atau tempat yang mereka pijaki. Seperti saat anda
berkendara di jalan raya, di perpustakaan, dan lain sebagainya.
Tetapi kehidupan
masyarakat kota sekarang kebanyakan tidak mengikuti peraturan yang ada
disekitar lingkungan mereka tidak seperti masyarakat pedesaan yang selalu
rukun dan patuh terhadap norma-norma
yang berlaku. Seperti kehidupan masyarakat di kota Jakarta. saat anda
berkendara, pernahkan anda melihat para pengendara sepeda motor berhenti
dibelakang garis separator lampu merah? Saya rasa tidak. Atau pernahkah anda
melihat para pengendara melintas di jalur khusus busway? Saya rasa sering,
walaupun tidak dalam keadaan macet. Dalam hal ini manusia diperlukan
pembelajaran “Bagaimana menahan kesabaran dalam berlalu lintas?”. Tetapi
pemerintah masih saja kurang baik dalam memelihara ketertiban lalu lintas.
Berbeda dengan halnya peraturan berlalu lintas di Amerika. Setiap jalan atau
jalur, diberikan peraturan berupa kecepatan maksimal, bahkan ada parkir khusus
untuk penyandang cacat. Ini hanya sebagian kecil contoh dari kehidupan
masyarakat kota.
Pemecahan
Masalah
Jadi,
intinya masyarakat kota dan desa itu “sederajat” dalam hal hubungan kerja sama
antara masyarakat desa dan kota. hanya saja dalam segala aspek tertentu pola
kehidupan yang telah dijalani masyarakat pedesaan tidak baik masyarakat
perkotaan, masyarakat pedesaan hanya bisa menyalurkan baik bahan mentah maupun
tenaga, sedangkan masyarakat perkotaan mampu berkata “oke” dalam hal apapun
hehe J.
Layaknya seperti contoh kasus diatas masyarakat perkotaan tidak patuh terhadap
aturan-aturan yang telah diberlakukan sedangkan masyarakat pedesaan itu kita
bisa liat sendiri yang ada di lingkungan sekitar mayoritas masyarakat pedesaan
orang-orangnya ulet, penuh tanggung jawab dan sangat patuh pada aturan yang
telah berlaku, ini merupakan aspek Positif dan Negatif antara masyarakat
pedesaan dan perkotaan yang menyebabkan adanya perbedaan dalam segi etika dalam
menjalani sebuah kewarganegaraan, walaupun dalam masyarakat pedesaan dan
perkotaan memiliki perbedaan dalam aspek-aspek yang meliputi ciri-ciri, dan
gaya hidup, dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar